BERPULUH-puluh penduduk di Desa Kedungotok, Jombang, Jawa Timur, menuntut agar ketua perancangan desa mereka, Siswanto, melepaskan jawatan selepas gambar tidak senonoh dirinya tersebar di media sosial. "Kami menuntut Pak Sis berundur dari jawatannya kerana ada foto porno dia tersebar di media sosial. Apatah lagi ia dilakukan di pejabat desa," kata wakil Desa Kedungotok, Budi Utomo, kepada wartawan, Isnin, memetik Detik. Gambar yang dimaksudkan adalah gambar Siswanto yang menunjukkan kemaluannya dan melakukan onani. Foto tidak senonoh itu diambil di ruang tamu pejabat di Desa Kedungotok yang mana Siswanto masih memakai pakaian seragamnya. "Foto itu sudah tersebar sejak 23 Ogos lalu, tapi tiada tindakan, pemerintah diam saja," katanya dengan nada kesal. Dalam masa yang sama Siswanto juga telah membuat laporan polis berhubung penyebaran gambarnya dan mendakwa menjadi mangsa pemerasan seorang perempuan yang baru dikenalinya. Detik melaporkan, keadaan rumah tangga yang mula retak membuatkan Siswanto berniat menjalinkan hubungan dengan wanita lain. Namun dia tidak menyangka hubungan terlarang itu akan menimbulkan satu masalah lain. Menurut keterangan Ketua Polis Tembelang, AKP Ismono Hadi, kes ini bermula sebaik sahaja Siswanto berkenalan dengan seorang wanita pada 14 Ogos. Sekitar pukul 11.30 pagi Siswanto mendapat panggilan daripada seorang wanita. "Setelah diangkat, perempuan itu meminta nombor WhatsApp Siswanto," kata Ismono kepada Detik, Selasa. Setelah bertukar nombor WhatsApp, kedua-dua mereka terlibat dalam perbualan mesra. Wanita yang belum diketahui identitinya itu juga menghantar foto separuh bogel kepada Siswanto. Sebagai balasan, Siswanto yang sudah mempunyai isteri dan anak itu diminta menujukkan alat sulitnya oleh wanita itu. "Dia menurutinya, ketika itu di pejabat Desa Kedungotok," kata Ismono. Pada hari yang sama, sekitar pukul 4.30 petang Siswanto melakukan onani sambil berkomunikasi dengan wanita tersebut menerusi panggilan video. "Itu dilakukan sambil berbogel di bilik mandi rumah Siswanto," katanya. Tanpa sepengetahuan Siswanto, video tersebut telah dirakam dan ia muncul dua hari kemudian yang mana ia digunakan pelaku untuk mengugut. Pelaku mengancam akan menyebarkan video dan foto bogel Siswanto jika tak diberi wang. Siswanto pada mulanya bersedia memindahkan 300,000 rupiah kepada pelaku tetapi pelaku meminta 10 juta rupiah yang tidak dapat dibayarnya. Tidak lama kemudian foto-foto tidak senonohnya tersebar di media sosial. "Ini ada kaitannya dengan UU ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) dan pemerasan, kes ini kami sedang tangani. Kami masih menunggu hasil siasatan dan pemeriksaan," kata Ismono.